Rasa persaudaraan adalah perasaan yang tulus yang bersumber dari hati. Rasa persaudaraan dapat membuat lisan seseorang senantiasa mengingat kebaikan-kebaikan orang yang dicintainya. Allah memberikan pahala atas perasaan seperti ini berupa ganjaran pahala yang sangat besar yang melebihi pahala yang diterima oleh para syuhada’ dan shiddiqin. Oleh karena itu, seseorang akan diuji rasa cintanya itu. Setan pun akan menggoda mereka. Dari ujian dan godaan itulah, akan dapat diketahui ketulusan cinta seseorang, apakah orang itu akan terus mencintai saudaranya meski dia harus hidup susah, atau dia justru akan melanggar janjinya?
Kita semua mungkin sudah pernah membaca sejarah dan mengetahui bahwa meski Sayyidah ‘Aisyah pernah berselisih dengan ‘Ali pada saat perang Shiffin, namun ketika ada seseorang menjelek-jelekkan ‘Aisyah di hadapan ‘Ali, ‘Ali langsung berkata kepada orang itu :
“pergilah, wahai orang yang berwatak buruk! Kamu telah menyakiti orang yang dicintai oleh Rasulullah.”
‘Ali selalu mengingatkan kepada sahabat-sahabatnya tentang keistimewaan ‘Aisyah. Peperangan tidak membuat dirinya lupa akan hak-hak sebagai saudara seiman. Ketika ‘Ali ditanya tentang kaum Khawarij, ada seseorang berkata kepadanya : “apakah kita boleh menganggap mereka kafir?”
‘Ali menjawab : “tidak!”
Lalu ada yang berkata : “apakah kita menganggap mereka fasiq?”
‘Ali menjawab : “tidak!”
Orang-orang pun bertanya : “lalu golongan apakah mereka itu?”
‘Ali pun menjawab : “mereka adalah saudara-saudara kita yang telah berlaku zhalim kepada kita.”
‘Ali sama sekali tidak melupakan bahwa ada hubungan persaudaraan dengan mereka. Itu adalah sikap persaudaraan yang paling ideal. Oleh karena itu, mari kita sama-sama memuji saudara-saudara kita dan mengangkat derajat mereka dalam kehidupan di dunia ini. Mari kita saling mengingatkan kebaikan dan memohon kepada Allah agar menghilangkan keburukan yang ada di dalam hati kita, sehingga jiwa kita menjadi bersih dan kita dapat memperoleh ganjaran pahala dari rasa persaudaraan (ukhuwah).
Kita semua mungkin sudah pernah membaca sejarah dan mengetahui bahwa meski Sayyidah ‘Aisyah pernah berselisih dengan ‘Ali pada saat perang Shiffin, namun ketika ada seseorang menjelek-jelekkan ‘Aisyah di hadapan ‘Ali, ‘Ali langsung berkata kepada orang itu :
“pergilah, wahai orang yang berwatak buruk! Kamu telah menyakiti orang yang dicintai oleh Rasulullah.”
‘Ali selalu mengingatkan kepada sahabat-sahabatnya tentang keistimewaan ‘Aisyah. Peperangan tidak membuat dirinya lupa akan hak-hak sebagai saudara seiman. Ketika ‘Ali ditanya tentang kaum Khawarij, ada seseorang berkata kepadanya : “apakah kita boleh menganggap mereka kafir?”
‘Ali menjawab : “tidak!”
Lalu ada yang berkata : “apakah kita menganggap mereka fasiq?”
‘Ali menjawab : “tidak!”
Orang-orang pun bertanya : “lalu golongan apakah mereka itu?”
‘Ali pun menjawab : “mereka adalah saudara-saudara kita yang telah berlaku zhalim kepada kita.”
‘Ali sama sekali tidak melupakan bahwa ada hubungan persaudaraan dengan mereka. Itu adalah sikap persaudaraan yang paling ideal. Oleh karena itu, mari kita sama-sama memuji saudara-saudara kita dan mengangkat derajat mereka dalam kehidupan di dunia ini. Mari kita saling mengingatkan kebaikan dan memohon kepada Allah agar menghilangkan keburukan yang ada di dalam hati kita, sehingga jiwa kita menjadi bersih dan kita dapat memperoleh ganjaran pahala dari rasa persaudaraan (ukhuwah).
0 komentar:
Posting Komentar