Usbu’ Ruhi


Aslm wr wb .. ikhwah fillah rahimahullah,

Dalam rangka menyambut ibadah Ramadhan 1431 H mari kita siapkan diri kita dengan “Usbu’ ruhi (pekan ruhani) mulai tanggal 25 – 31 Juli 2010/13 – 19 Sya’ban 1431 H”

Agenda yang harus dilakukan :

1. Shaum ayyamul bidh 13, 14, 15 Sya’ban (puasa sunnah pertengahan bulan Islam setiap bulan)

2. Sholat jama’ah di masjid tiap waktu

3. Qiyamul Lail tiap malam

4. Tilawah alqur’an 1 juz/hari

5. Ma’tsurat pagi & sore

6. Shalat dhuha tiap pagi

7. Istighfar minimal 100x/hari

8. Silaturahim kepada minimal 3 orang

9. Tahfidz QS 2 : 183 – 186

10. Infaq sesuai kemampuan

Jazakumullahu khairon jaza.

Wslm wr wb ..

barokallah ..



Lima Urutan Amalan Utama Ramadhan


Ust Dr Amir Faishol
[Dosen Tafsir Qur'an dengan latar pendidikan Jurusan Tafsir Qur'an dari International Islamic University Islamabad (IIUI) Pakistan] menggambarkan 5 urutan amal yang Allah SWT jelaskan dalam Surah Al Baqarah : 183-187 dengan tujuan untuk menggapai level ketakwaan. Lima urutan amal ramadhan tersebut adalah :

1. Shaum Ramadhan
2. Tilawah Al Qur'an
3. Membaca Do'a
4. Makan Sahur
5. I'tikaf khususnya 10 hari terakhir Ramadhan

urutan amal ini menggambarkan tingkatan amalan yang harus dikerjakan selama bulan Ramadhan. Selama ini kaum muslimin hanya terfokus pada amalan shaum saja, sedangkan Ramadhan adalah bulan turunnya Al Qur'an. Sehingga membaca, mentadabburi, menghapalkan Al Qur'an harus dilakukan sebag
ai bukti nikmat Al Qur'an sebagai petunjuk kepada umat manusia.

Allah SWT sendiri menyatakan agar mensyukuri nikmat turunnya Al Qur'an pada bulan Ramadhan ini dengan menutup ayat Al Baqarah
: 185 dengan kalimat "wa la'allakum tasykurun" (agar kalian bersyukur) kepada nikmat agung ini. Para ulama salaf adalah bukti paling nyata dalam interaksi mereka kepada Al Qur'an. Imam Asy Syafi'i rahimahullah dalam kitab "Manaqib Syafi'i" mengkhatamkan Al Qur'an dalam bulan Ramadhan sebanyak 60 kali, begitu pula Imam Abu Hanifah rahimahullah mengkhatamkan Al Qur'an sebanyak 30 kali.

Setelah amalan shaum dan tilawah qur'an maka yang ketiga adalah berdo'a sebagai bentuk perwujudan manusia sebagai hamba Allah SWT yang dhoif dan sangat membutuhkan bantuan-Nya. Rasulullah SAW adalah hamba Allah yang selalu dalam setiap aktifitasnya tidak pernah terlepas dari membaca do'a mulai dari do'a bangun tidur, do'a masuk kamar mandi, do'a makan, do'a selesai makan dll. Jikalau kita tidak pernah berdoa menunjukkan sifat Al Kibr (sombong) menunjukkan kita tidak butuh kepada Allah Rabbul 'Izzati.

Makan sahur merupakan saat istimewa karena Allah SWT memberkahi bagi orang-orang yang makan sahur. Diutamakan untuk diakhirkan dan batas waktu akhirnya sampai datangnya fajar (adzan sholat subuh). Terakhir puncak ibadah ramadhan adalah I'tikaf di masjid. Rasulullah SAW senantiasa melakukan i'tikaf di 10 hari terakhir Ramadhan sampai beliau wafat, dan bahkan turut pula mengajak isteri-isteri beliau. Di 10 hari terakhir
Ramadhan, Allah SWT janjikan turunnya Malam Lailatul Qadr, yang apabila seorang hamba beribadah kepada Allah SWT pada malam itu akan mendapatkan pahala setara dengan ibadah 1000 bulan (83 tahun).

Apabila seluruh rangkaian amal ramadhan ini disempurnakan, maka Allah SWT memberikan jaminan mereka akan mendapatkan derajat ketakwaan sebagaimana penutup rangkaian ayat ini dengan kalimat "La'allahum
yattaqun" (agar mereka bertakwa). Ayat ini sekaligus sebagai jawaban dari bagian awal ayat mengenai kewajiban berpuasa agar kita bertakwa. Ternyata proses ketakwaan itu bisa diperoleh dengan melakukan amal-amal tersebut di atas.

dikutip dari http://pksboteng.blogspot.com/

Tips Menjaga Shubuh


Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya dan shalat Subuh.

Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya sekalipun dengan merangkak.

Shalat Subuh memang shalat wajib yang paling sedikit jumlah rekaatnya; hanya dua rakaat saja. Namun, ia menjadi standar keimanan seseorang dan ujian terhadap kejujuran, karena waktunya sangat sempit.

Adalah mustahil bila ada orang yang mengatakan “Mustahil bagi saya untuk bangun shalat Subuh”. Sesungguhnya permasalahannya kembali pada kemauan. Anda mau atau tidak ?

“Dua rakaat fajar (shalat sunnah sebelum Subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya”. (HR. Muslim)

Lalu apa yang menghalangi kita shalat Subuh ? bukankah ia menjadi bagian yang begitu besar dibanding dunia ?

Jika Anda telah bersiap meninggalkan shalat Subuh. Hati-hatilah bila anda berada dalam golongan orang-orang yang tidak disukai Allah untuk pergi (shalat). Anda akan ditimpa kemalasan, futur (turun keimanan), lemah, dan terus berdiam diri. Shalat Subuh merupakan standar nilai sebuah umat. Umat yang lalai akan Subuh berjamaah. Adalah umat yang tidak berhak mendapat kejayaan, akan tetapi untuk diganti dengan yang lain. Umat yang menjaga shalat Subuh secara berjamaah adalah umat yang berhak untuk tegak dan kokoh di muka bumi!

TIPS MENJAGA SHALAT SUBUH :

1. Ikhlaskan niat karena Allah, dan berikanlah hak-hakNya

2. Bertekad dan introspeksilah diri Anda setiap hari

3. Bertaubat dari dosa-dosa dan berniatlah untuk tidak mengulangi kembali

4. Perbanyaklah membaca doa agar Allah memberi kesempatan untuk shalat Subuh

5. Carilah kawan yang baik (shalih)

6. Latihlah untuk tidur dengan cara yang diajarkan Rasulullah saw (tidur awal, berwudhu sebelum tidur, miring ke kanan, berdoa)

7. Mengurangi makan sebelum tidur serta jauhilah teh dan kopi pada malam hari

8. Ingat keutamaan dan hikmah Subuh, tulis dan gantunglah di atas dinding

9. Bantulah dengan bel pengingat (jam weker, telpon, bel pintu)

10. Ajaklah orang lain untuk shalat Subuh dan mulailah dari keluarga Jika Anda telah bersiap meninggalkan shalat Subuh, hati-hatilah bila Anda berada dalam golongan orang-orang yang tidak disukai Allah untuk pergi shalat. Anda akan ditimpa kemalasan, turun keimanan, lemah dan terus berdiam diri.

Perubahan arah kiblat untuk Indonesia


Ketua Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), Bustami Usman mengatakan, pergeseran arah kiblat shalat diharapkan tidak membingungkan umat Islam. Menurutnya, arah kiblat masjid sekarang ini tidak perlu dibongkar dan untuk sementara mengikuti arah kiblat sebelumnya.

Berdasarkan hasil penelitian dari ilmu Falak dan astronomi, arah yang ditentukan oleh MUI tersebut justru menghadap ke Afrika, Somalia Selatan, Kenya dan Tanzania sebab arah Indonesia tidak persis di timur Makkah.

Namun, fatwa tersebut akhirnya direvisi dengan fatwa nomor 5 Tahun 2010 bahwa kiblat yang benar adalah menghadap ke barat laut dengan kemiringan bervariasi, sesuai letak geografis wilayah tempat masjid berada. Fatwa tersebut hanya menyempurnakan fatwa yang dikeluarkan MUI sebelumnya yang menyatakan arah kiblat ke barat yang tidak dihapus. Arah kiblat yang ditetapkan berdasarkan fatwa tersebut dengan posisi kemiringan sekitar 25 derajat sehingga tepat menghadap ke Kakbah.

Terkait peristiwa ini, ada beberapa yang bisa digarisbawahi, dan mungkin dapat menjadi ulasan khusus.

1. Menghadap Kiblat

Memperbaiki arah kiblat secara ritual saat melaksanakan shalat. Sesuai dengan fatwa terakhir MUI, umat Islam Indonesia harus menjalankan shalat dengan mengarah ke barat laut.

Secara fiqih, sebenarnya perubahan dalam fatwa MUI tidak terlalu dibutuhkan. Sebab, kewajiban umat Islam hanyalah menunaikan shalat dengan menghadap arah (syathrah) kiblat, bukan titik (‘ain) kiblat secara mutlak dan kurat (kandungan QS. Al Baqarah : 144).

Karena itu, pergeseran posisi tersebut tidak mewajibkan umat Islam Indonesia mengubah arah kiblat saat menunaikan shalat. Kecuali, posisi kiblat bergeser secara radikal sehingga tak lagi mengarah ke barat (bagi umat Islam Indonesia), melainkan ke selatan, utara, bahkan timur.

Dengan demikian, dapat ditegaskan, melakukan shalat dengan mengarah ke barat seperti kebiasaan selama ini (atau agak serong sedikit) sama sahnya dengan mengarah ke barat laut (sebagaimana fatwa terakhir MUI). Hal yang jauh lebih penting untuk ditegaskan, fatwa MUI itu tidak boleh menjadi pemicu kontroversi di kalangan umat Islam Indonesia. Fatwa tersebut juga tidak boleh membuat umat Islam Indonesia saling menyalahkan dan memicu konflik.

2. Makna Spiritual

Umat Islam memang diwajibkan melakukan shalat dengan menghadap kiblat. Tapi, Islam tidak menyuruh umatnya menyembah Kakbah yang terbuat dari batu. Sebaliknya, umat Islam diwajibkan menyembah Allah yang tidak terikat dengan tempat, ruang, dan waktu, melainkan mengetahui semua tempat, ruang, dan waktu.

Secara spiritual, ajaran menghadap kiblat tak lain bertujuan membimbing umat agar senantiasa menghadapkan diri kepada Allah dengan seluruh jiwa-raga serta akal-pikiran sekaligus menyadari pengawasan Allah.

Karena itu, bila benar-benar menghadap kiblat, seorang muslim tidak akan pernah merasa punya ruang atau waktu kosong tanpa pengawasan Allah. Maka, seorang muslim yang benar-benar menghadap kiblat tidak akan pernah merasa punya ruang atau waktu kosong untuk melakukan keburukan, termasuk korupsi. Sebab, sesungguhnya Allah senantiasa hadir dan mengetahui semua ruang, tempat, dan waktu.

Sebuah riwayat menyebutkan, pada zaman dulu ada seorang tokoh besar yang menasihati anaknya agar tidak melakukan keburukan, kecuali di tempat yang tak diketahui Allah. Akhirnya, sang anak tak bisa melakukan keburukan apa pun karena tidak ada tempat, ruang, dan waktu yang terlepas dari pengawasan Allah SWT.

3. Makna Sosial

Setiap hari, setidaknya lima kali umat Islam menghadapkan diri ke kiblat melalui salat wajib lima waktu. Bila jumlah total umat Islam 1 miliar, ada 5 miliar kali wajah yang menghadap ke kiblat setiap hari. Jumlah tersebut jauh lebih banyak bila ditambah dengan salat-salat sunah.

Cukup disayangkan menghadap kiblat selama ini cenderung dilakukan untuk menggugurkan kewajiban ritual semata yang hampir tidak membekas secara sosial. Padahal, ajaran itu menyimpan potensi yang luar biasa secara sosial. Perubahan menghadap kiblat secara sosial pun menjadi kebutuhan mutlak ke depan; dari hanya menggugurkan kewajiban ritual menjadi menyuburkan makna sosial.

Salah satu makna sosial yang bisa ditumbuhkan melalui ajaran menghadap kiblat adalah upaya membangun kebersamaan dan kekompakan. Sejauh ini, kebersamaan dan kekompakan menjadi kelemahan paling mendasar bagi umat Islam. Mereka senantiasa terpecah belah karena perbedaan-perbedaan yang ada. Padahal, semua umat Islam tetap menghadap ke kiblat yang sama, apa pun aliran fiqih dan pemikiran mereka.


Telah direvisi dari berbagai sumber .