Khulafaur Rasyidin: Utsman bin Affan (644-656 M) Pemilik Dua Cahaya (1)


Dikisahkan Al-Manawi dalam kitab Ad-Durr Al-Mandhud, suatu ketika pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, kaum Muslimin dilanda kekeringan. Ketika kesulitan semakin berat, mereka mendatangi Abu Bakar dan berkata, “Wahai pengganti Rasulullah Saw, sesungguhnya langit tak lagi menurunkan hujan, bumi tak menumbuhkan tanaman, orang-orang sudah memperkirakan datangnya kebinasaan. Lalu apa yang akan engkau perbuat?”

Abu Bakar menjawab, “Pulanglah kalian dan bersabarlah. Aku berharap kalian tidak sampai sore sehingga Allah memberikan jalan keluar untuk kalian.”

Di pagi hari mereka menanti-nantikannya. Ternyata ada seribu onta terikat dengan muatan di atasnya berisi gandum, minyak dan tepung. Rombongan itu berhenti di pintu rumah Utsman bin dan dibongkar di rumahnya. Para saudagar berdatangan, Utsman keluar dan bertanya, “Apa yang kalian inginkan?”

Mereka menjawab, “Engkau mengetahui apa sebenarnya yang kami inginkan.” Orang-orang itu adalah para saudagar yang ingin membeli harta Utsman.

“Berapa kalian memberikan laba kepadaku?”

Mereka menjawab, “Dua dirham?”

Utsman menjawab, “Aku telah diberi lebih dari itu.”

Mereka menaikkan tawaran dengan berkata, “Empat dirham.”

“Aku diberikan lebih banyak lagi.”

Mereka penasaran. “Lima dirham.”

“Aku diberikan lebih dari itu.” Utsman kukuh.

Mereka lalu berkata, “Di Madinah tak ada lagi saudagar selain kami. Lalu siapa gerangan orang yang memberimu (laba sebesar itu)?”

Utsman menjawab, “Sesungguhnya Allah memberikan di setiap dirhamnya sepuluh dirham. Apakah kalian mempunyai tawaran yang lebih dari itu?”

Mereka serentak menjawab, “Tidak.”

“Sekarang aku bersumpah dengan nama Allah, aku jadikan apa yang dibawa oleh kafilah dagangku ini sebagai sedekah karena Allah SWT bagi orang-orang fakir dan miskin.”

Pada kesempatan lain, dikisahkan bahwa Utsman bin Affan mempunyai piutang atas Thalhah bin Ubaidillah sebanyak 50 dirham. Suatu hari Utsman keluar menuju masjid. Thalhah berkata, “Uangmu telah siap (di rumah), maka ambillah!”

Utsman menjawab, “Sekarang uang itu menjadi milikmu wahai Abu Muhammad, sebagai bantuan atas kebaikan akhlakmu.”

Utsman bin Affan bin Abul Ash lahir dari keluarga yang kaya dan berpengaruh dari suku Quraisy silsilah Bani Umayyah. Usianya lebih muda lima tahun dari Rasulullah Saw. Ia mendapatkan pendidikan yang baik, belajar membaca dan menulis pada usia dini. Di masa mudanya, ia telah menjadi seorang pedagang yang kaya dan dermawan. Dua kisah di atas merupakan bukti kedermawanannya.

Utsman berasal dari strata sosial dan ekonomi tinggi yang pertama-tama memeluk Islam. Ia memiliki kepribadian yang baik. Bahkan sebelum memeluk Islam, Utsman terkenal dengan kejujuran dan integritasnya. Rasulullah Saw berkata, “Orang yang paling penuh kasih sayang dari umatku kepada umatku adalah Abu Bakar, yang paling gagah berani membela agama Allah adalah Umar, dan yang paling jujur dalam kerendah-hatiannya adalah Utsman.”

Mengenai sifat rendah hatinya ini, Rasulullah Saw berkata, “Bukankah pantas aku merasa rendah hati terhadap seseorang yang bahkan malaikat pun berendah hati terhadapnya.”

Kepribadian Utsman benar-benar merupakan gambaran dari akhlak yang baik menurut Islam (akhlakul karimah). Ia jujur, dermawan, dan baik hati. Rasulullah Saw mencintai Utsman karena akhlaknya. Mungkin itulah alasan mengapa beliau mengizinkan dua anaknya untuk menjadi istri Utsman. Yang pertama adalah Ruqayyah. Ia meninggal setelah Perang Badar.

Rasulullah Saw sangat tersentuh akan kesedihan yang dialami Utsman sepeninggal Ruqayyah  dan menasihatinya untuk menikahi seorang lagi anak perempuan beliau, Ummu Kultsum. Karena kehormatan besar dapat menikahi dua anak perempuan Rasulullah, Utsman terkenal dengan sebutan Dzun Nurain atau Pemilik Dua Cahaya.
Sumber: Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni

0 komentar:

Posting Komentar