Amanah ini ...

Teringat kisah Abdulloh bin Rowahah ra, seorang sahabat yang ketika diangkat oleh Rasululloh saw menduduki sebuah jabatan panglima dalam perang Mu’tah. Ia menerimanya dengan tangis dan cucuran air mata.


Lalu para sahabat lainnya bertanya :


“Maa yubkika ya … Abdalloh …”

(Apa gerangan yang membuat engkau menangis wahai Abdulloh …),


iapun menjawab :


“Wa maa bia hubbuddunya walaa shabaabatan bikum walaakin tadzakkartu hina dzakaranii Rasulullahu biqoulihi ta’ala : wa in minkum illaa waariduhaa kaana alaa Rabbika Hatman Maadbiyya”


(Tidak ada pada diriku cinta dunia dan keinginan untuk dielu-elukan oleh kalian akan tetapi aku hanya teringat ketika Rosululloh mengingatkanku dengan firman Allah swt : “Dan tidaklah dari kalian melainkan akan mendatanginya (neraka jahannam) adalah yang demikian itu bagi Tuhanmu (ya! Muhammad) merupakan ketentuan yang telah ditetapkan”. (QS. Maryam : 71).


Dari ungkapan Abdulloh bi Rowahah ra tersebut dapat disimpulkan bahwa beliau mentadabburkan alqur’an begitu dalam, sehingga beliau mengaitkan erat ayat tersebut dengan amanah jabatan yang baru saja dipangkunya, apakah jabatannya kelak dapat menyelamatkannya ketika masing-masing orang mau tidak mau harus melewati “Shirothol Mustaqim”, karena menghadapi neraka jahannam dengan melewatinya adalah “Hatman Maqdhiyya”, ketentuan yang telah ditetapkan, tidak ada jalan alternative lain dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.


.

..


Saudaraku ...


Jika amanah semakin bertambah dan beban semakin berat. Yakinlah ada saudara-saudara di sekililing kita yang turut memikul beban dipundak kita. Ada malaikat di sisi kita yang senantiasa mendo'akan kita dan ada Alloh SWT bersama kita yang akan meringankan beban kita.


Seringkali kita bangga dengan segudang aktivitas dakwah yang kita jalani. Kita merasa telah menjadi pahlawan, tapi ternyata tidak dalam pandangan Alloh. Semoga niat kita selalu terjaga, hanya Alloh-lah Ghoyatuna!


0 komentar:

Posting Komentar