Pemuda Ditantang/Menantang Zaman


Saatnya yang muda bicara..
Saatnya yang muda memimpin..
Slogan semacam itu beberapa waktu lalu dan hingga sekarang masih beberapa kali terlontar di forum-forum. Demi melihat fakta dominasi generasi tua yang tak memberikan kepuasan kolektif, demi melihat makin banyak generasi muda yang muncul ke permukaan dengan prestasi sosial.
Tapi kesenjangan itu masih ada.
Mungkin kita melihat sekelompok pemuda dibesarkan dalam satu lingkungan yang mendukung. Dia mendapat kesempatan. Dan dia memanfaatkannya dengan baik untuk memajukan dirinya. Dia mampu berkembang.
Akan tetapi, di tempat lain, sekelompok pemuda masih berada dalam lingkungan tak jelas. Abu-abu. Mereka punya hape QWERTY atau android mutakhir, dikelilingi warnet, dibanjiri konser band dan sinetron remaja, tapi tak pernah nyantri, mondok, apalagi ikut seminar, sekolah singkat, pelatihan, dan semacamnya, sehingga mereka tumbuh menjadi remaja yang bergaul di dunia maya. Mereka lebih memilih lingkungan sosial maya daripada lingkungan relasi nyata. Karangtaruna menjadi sepi, remaja masjid tak diminati, guru TPA susah dicari.
Sebagian pemuda menjadi tokoh di usia dininya. Ada yang menjadi duta narkoba, duta pariwisata, duta antipornografi (ada ga, ya?), dan duta-duta yang lain. Tapi sebagian pemuda lainnya sekarat dengan narkoba, menjadi pelaku vandalisme (corat-coret dinding), dan banyak yg menjadi pelaku atau korban video porno.
Sungguh, pemuda sangatlah labil. Sebagian besar dari mereka masih dalam pencarian prinsip, sehingga mudah dipengaruhi. Ke arah mana kekuatan lingkungan mempengaruhi, ke arah itulah pola pikir pemuda cenderung mengikuti. Maka, di antara teman, orang tua, hape, televisi, siapa yang paling kuat/banyak pengaruhnya terhadap pemuda, dia yang akan diikuti pemuda. Sekarang bukan fenomena aneh seorang anak gadis kyai bisa hamil di luar nikah, atau sebaliknya, seorang anak yang dibesarkan orang tua atheis (tak percaya adanya Tuhan) malah mendapat hidayah karena sering chatting dengan muslim seberang benua.
Selain konflik pencarian prinsip dalam diri sendiri, pikiran pemuda sering bertolak belakang dengan generasi tua. Pemikiran mereka yang cenderung baru dianggap tak pantas, padahal belum benar-benar ditimbang baik-buruknya. Saya sendiri mengalami, betapa seringnya pandangan pemuda ditolak yang tua. Bahkan, penolakan sering ditambah suara-suara yang membuat mental generasi labil ini makin mengkerut. Akibatnya, tak jarang sebagian dari pemuda mundur sepenuhnya dari aktivitas sosial karena merasa tak kuat dengan “ngeyelnya” orang tua.
Setiap zaman ada tantangannya. Setiap zaman ada generasi pembaharu. Pemuda yang mampu melewati tantangan zaman ini dengan luwes, insya Allah bisa bertahan hingga di masa dewasanya dia menjadi salah seorang pembaharu di tengah masyarakatnya. Pembaharu yang insya Allah membawa kebaikan. Sebagaimana nabi Muhammad saw, yang di kala mudanya mampu berbeda dari pemuda dan orang dewasa kebanyakan di zamannya. Sebagaimana generasi al Kahfi, yang memelihara keimanannya di tengah zaman yang rusak, sehingga Allah memelihara mereka sampai zaman yang aman.
Harapan pemuda hanya terletak pada kemauan diri mereka sendiri untuk bertahan. Teknologi adalah sarana pencarian jati diri, bukan tujuan yang hendak dicari. Menuruti selera pasar hanya akan melelahkan, menyisakan penat di jiwa. Berharap pada pengakuan orang lain hanya akan menjadi penantian yang menjemukan. Berharaplah dibahagiakan Allah, berharaplah hanya pada Allah. Wa ilaa robbika farghob
Selamat menikmati masa muda.
-fadhlijauhari-

0 komentar:

Posting Komentar