Ada Apa dengan Tahun Baru Masehi, Tahun Baru Hijriyah, dan Imlek

Thalasemia Penyakit Yang Menyerang Anak Anda?

Ada rutinitas ritual 365 hari (kadang-kadang 366) sekali pada saat jarum jam mendekati pukul 24.00 di sebagian besar belahan bumi ini. Orang banyak menyebutkannya sebagai tahun baru dan menobatkan tanggal 1 Januari sebagai permulaannya.

Apa artinya tahun baru? Secara mudah, tahun baru adalah habisnya 1 periode tahun yang lalu dan datangnya periode tahun setelahnya. Jadi, hari ini bisa tahun baru, besok juga bisa tahun baru, bahkan sebulan yang lalu bisa juga tahun baru.

Hal ini disebabkan karena I periode tahun bagi suatu komunitas -entah yang berdasarkan etnis atau kepercayaan tertentu- bisa berbeda dengan komunitas yang lain, baik dalam hal durasi I tahun ataupun kapan mulainya. Dan perbedaan ini sah-sah saja.

Hanya saja, yang beruntung di dunia internasional atau di planet bumi ini adalah Julius Cesar. Kalender buatannyalah yang kita tahu sejak kita sekolah di Taman Kanak-Kanak.

Dan perayaan tahun baru yang dirayakan adalah tahun baru untuk penanggalan yang ia buat.
Kalender made in Julius Cesar merupakan kalender yang dibuat berdasarkan perputaran bumi menggelilingi matahari. Konon kalender ini dihitung sejak hari Kristus lahir. Walaupun Kristus dipercayai oleh umat Nasrani lahir pada tanggal 25 Desember, tapi mereka baru merayakan tahun baru 6 hari setelahnya. Wallahu a'lam, mengapa jadi seperti ini.

Namanya buatan manusia, kalender ini pernah keliru juga. Gara-gara tidak memperhitungkan seperempat hari terakhir dari waktu keliling bumi terhadap matahari, kalender Julius Cesar pernah mengalami 'pemotongan' beberapa hari pada zaman Paus Gregorius.

Duniapun kalang kabut. Bayangkan saja jika Anda berjanji untuk rapat antar pemegang saham pada, misalnya 12 Februari, dan tiba-tiba instruksi 'suci' dari Vatikan menghapus hal tersebut, dan tahu-tahu esok hari sudah 27 Februari.

Orang China tidak begitu beruntung dengan penanggalannya, tapi kalender mereka masih dipegang teguh di China daratan maupun kepulauan. Bahkan yang sudah imigrasi ke kepulauan Indonesia pun masih sering memakainya.

Coba lihat beberapa cetakan kalender di negeri kita ini.
Setelah reformasi, mereka pun mendapat angin segar untuk merayakan Imlek secara lebih terbuka. Berbeda dengan kalender Masehi yang baru 2007, orang China sudah merayakan pergantian milennium III-nya beberapa ratus tahun lebih awal daripada pengguna kalender Masehi.

Kaum muslimin masih bisa berbangga dengan penanggalan Hijriyah yang ditetapkan oleh Umar bin Khattab. Tahun Baru Hijriyah dalam Kalender Hijriyah dirayakan setiap tanggal 1 Muharram. Kalender ini dihitung sejak hari Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah. Karena Nabi Muhammad adalah nabi yang diutus setelah Nabi Isa, wajar saja jika kalender Hijriyah lebih muda sekitar 580 tahun daripada kalender Masehi.

Berbeda dengan kalender lain yang perhitungan tiap bulannya pasti, tidak begitu dengan kalender muslim. Penentuan awal bulan dilakukan dengan melihat hilal pada akhir hari ke-29. Jika hilal terlihat, besok berarti tanggal I bulan baru. Jika tidak, besok masih merupakan hari ke-30. bahkan mendung yang menutup hilal pun bisa jadi penyebab ditetapkannya hari ke-30.

Sebagian kaum muslim berusaha 'memastikan' durasi tiap bulan dengan ilmu hisab dan falak. Tapi ini tidak bisa jadi patokan karena mnyelisihi sunnah Rasulullah. Selain itu, perhitungan dengan hisab malah menimbulkan kebinggungan kaum muslim negeri ini. Mending kita patuh kepada ulil amri yang walaupun kadang memakai hisab, tapi masih menghargai sunnah Nabi untuk kepastiannya.

Tahun penanggalan yang sehubungan dengan posisi bulan di angkasa dinamakan SANAH dalam Alquran, sedangkan tahun penanggalan yang sehubungan dengan pergantian musim dinamakan AAM. Dalam pemakaian umum, SANAH disebut orang dengan tahun Islam, Tahun qamariah, atau Lunar year, sementara AAM disebut orang dengan Tahun Masehi, Tahun Musim, atau Solar Year karena didasarkan pada posisi surya jika dipandang dari bumi.

Dalam kenyataannya tahun qamariah berlaku permanen sepanjang zaman, dapat dipakai diseluruh daerah permukaan bumi tanpa merugikan segolongn penduduk terutama bagi pelaksanaan ibadah hajji, tercantum pada Q.S. Al Baqoroh : 189, sebaliknya tahun musim ternyata waktunya jadi semakin pendek dari zaman ke zaman, karenanya tidak cocok untuk dipakai di seluruh permukaan bumi, bahkan merugikan segolongan penduduk, tercantum pada surat At-Taubah : 37

Jelas beda cara merayakan.
Budaya barat (tahun baru masehi) dirayakan identik dengan hura-hura, pesta, hedonis dan harapan. Beda halnya dengan itu, tahun baru Islam dirayakan dgn cara lain tergantung kultur lokal. Ada terpengaruh Syiah (di Bengkulu dan beberapa bagian Jawa) dan Hindu spt yg ada di masyarakat Jawa. Umumnya tahun baru non-Masehi dirayakan dengan perenungan, prihatin dan membersihkan diri untuk memasuki masa baru. Disini perbedaannya.

Orang China merayakan tahun baru Imleknya dengan menyambutnya penuh sukacita, mengadakan perayaan yang meriah, menyediakan bermacam makanan spesial, memakai pakaian khusus dan memasang dekorasi yang spesial. Ada juga doa dan harapan agar tahun baru mendatangkan banyak berkah dan keberuntungan, lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam hari raya masyarakat China ini juga dikenal budaya mereka seperti angpao, barongsai, tapekong, cheongsam, cap go meh, dsb.

Berbeda dengan tahun baru Masehi dan Imlek, tahun baru Hijriah jarang dirayakan dengan meriah, dengan pesta pora glamor yang penuh sukacita. Malah seringkali umat Islam sendiri lupa dan membiarkan tahun barunya lewat begitu saja. Meskipun di beberapa tempat memang biasanya suka diadakan pengajian, ceramah agama atau i'tikaf tapi tidak seluruh umat Islam melakukan atau menghadirinya.

Perlu diketahui, Islam hanya mengenal 2 perayaan: Idul Fitri (lebaran kecil) dan Idul Adha (lebaran besar). Yang lain, spt Maulid, Isra Miraj, Tahun Baru dan Nuzulul Quran merupakan modifikasi historis yang dilakukan para sahabat dan tokoh Islam pasca Muhammad.
Lagi pula kalender Hijriyah adalah satu-satunya kalender lunar yang paling akurat, unik dan rumit. Akurat, tidak mengenal kelebihan hari (kabisat) krn salah hitung spt kalender masehi. Unik, 1 Muharram bisa dirayakan “jalan-jalan” antara 1 Januari - 31 Desember pernah jatuh bertepatan dgn 1 Muharram. Rumit, butuh pengetahuan astronomi yang handal untuk 'merawat' almanak Hijriyah. Makanya Islam jagonya astronomi.

Jadi, perayaan 1 Muharram lebih merupakan perayaan non-ibadah.



0 komentar:

Posting Komentar