Kasih Sayang di Balik Peringatan-Nya


Inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun

Musibah terjadi lagi, dan itu artinya ada air mata, penderitaan dan korban nyawa serta harta benda. Manusia berduka, karena alam telah memporak porandakan alur kehidupan yang selama ini telah dijalani oleh manusia secara rutin dengan tenang. Setidaknya begitulah yang terjadi menurut pikiran sederhana dari manusia yang mendiami bumi Allah ini.

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[101]. (QS Al Baqarah 2 : 156)

[101]. Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.

Namun pernahkah kita sadar bahwa bumi memiliki aturannya sendiri dalam mengikuti siklus hidup ini? Justru kita manusialah yang sering ingkar dalam melaksanakan amanah kita sebagai khalifah dimuka bumi ini. Bumi yang tergantung akan cara manusia dalam memperlakukannya, kini memberikan pelajaran berharga kepada kita, bahwa sebenarnya manusialah yang bergantung akan keberadaan bumi yang asri, seimbang dan aman buat kehidupan.

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS Al Baqarah 2 : 30)

Manusia yang diciptakan sebagai makhluk sempurna, diberikan kelebihan akal oleh Allah subhanahu wata’ala, sehingga dengan akalnyalah manusia dapat berfikir untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu, menerima sesuatu atau menolaknya. Dan dengan akalnya pulalah manusia menguasai potensi alam yang merupakan berkah Allah ini untuk dimanfaatkan buat kepentingan manusia itu sendiri.

Seringkali manusia lupa buat bersyukur atas berkah dan rahmat yang telah Allah berikan kepada manusia melebihi makhluk lain ciptaanNya. Bahkan manusia melakukan sesuatu dimuka bumi ini seolah olah merekalah yang paling berkuasa dalam memanfaatkan alam yang telah didiami oleh manusia sejak Adam diciptakan Allah untuk dijadikan khalifah dimuka bumi ini.

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS Al Israa’ 17 : 44)

Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya[1043], dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS An Nuur 24 : 41)

[1043]. Masing-masing makhluk mengetahui cara shalat dan tasbih kepada Allah dengan ilham dari Allah.

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS Adz Dzaariyaat 51 : 56)

Kemungkaran demi kemungkaran dilakukan oleh manusia semenjak Adam alaihi salam diturunkan ke bumi karena mengikuti rayuan syaitan yang terkutuk dengan melanggar ketentuan Allah subhanahu wata’ala. Namun Allah Yang Maha Rahman selalu mengampuni dosa manusia yang seringkali berbuat dosa dan ingkar akan perintah Nya, asalkan manusia itu sendiri mau menyadari kesalahannya dan bertaubat atas dosa dosanya dengan taubat yang  sebenarnya. Insya Allah ... Amien Ya Rabb

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa[1314] semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Az Zumar 39 : 53)

[1314]. Dalam hubungan ini lihat surat An Nisa ayat 48 :

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS An Nisaa’ 4 : 48)

Airmata yang baru berlalu saat gempa melanda kota Padang, Padang Pariaman dan sekitarnya belum lagi kering dalam hati dan fikiran manusia. Seperti mimpi, semua masih tergambar dengan jelas yang barangkali butuh waktu lama untuk pupus dari ingatan. Jeritan ketakutan saat melihat bangunan yang selama ini terlihat kokoh, tiba tiba runtuh karena guncangan hebat dari bumi yang marah karena kerusakan yang disebabkan oleh kebodohan manusia, masih terngiang ngiang di telinga sanak keluarga yang masih hidup.

Dan ketika kesedihan yang lalu itu masih basah dihati penduduk Sumatera Barat, sekarang muncul lagi musibah baru akibat gempa di Mentawai dimana ratusan nyawa melayang dan sebagian hilang setelah Tsunami melanda.

Bukankah telah begitu banyak tanda tanda dan peringatan yang diberikan Allah kepada manusia? Dan ketika tanda tanda dan peringatan itu diberikan, kenapa manusia masih saja sibuk berkutat dengan dunianya saja? Kemana saja selama ini ajaran ajaran Rasulullah shalalllahu ‘alihi wa sallam dibawa oleh manusia? Masihkah kita mengingat peringatan yang diberikan oleh rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada kita sebagai ummatnya?

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Sesungguhnya barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku, dan sunnah Al Khulafa’ Ar Rasyidin yang terbimbing, berpeganglah erat-erat dengannya dan gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham…” (Shahih, HR Abu Dawud, At Tirmidzi, Ad Darimi, Ibnu Majah dan lainnya dari sahabat Al ‘Irbadh bin Sariyah. Lihat Irwa’ul Ghalil, hadits no. 2455).

Masih ingatkah kita ketika Allah menghancurkan umat nabi Nuh yang telah ditenggelamkan Allah karena kekufuran  mereka yang tidak mau beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala? Lupakah kita bagaimana Allah menghancurkan kaum 'Ad yang menghuni daerah al Ahqaf di sekitar Hadhramaut, Yaman  dizaman Nabi Hud dengan angin yang sangat kencang dan dingin selama tujuh malam delapan hari, disebabkan kekufuran dan kemaksiatan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya?

Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya). (QS Al A’raaf 7 : 64)

Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami." (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa. (QS Al Ahqaaf 46 : 24 – 25)

Masih banyak lagi kejadian lampau yang dapat kita ambil sebagai pelajaran ketika Allah menghancurkan suatu kaum karena kemungkaran mereka terhadap Allah subhanahu wata’ala. Seperti kaum Tsamud yang merupakan satu suku terkenal yang tinggal di daerah al Hajar yang berada antara al Hijaz dengan Tabuk, dan kepada kaum ini Allah mengutus Nabi Shaleh untuk menyadarkan mereka agar hanya menyembah Allah saja.

Dan merekapun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya. Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu (terdapat) pelajaran bagi kaum yang mengetahui. (QS An Naml 27 : 50 – 52)

http://ruangmuslim.com/tafakur/4023-kasih-sayang-di-balik-peringatan-nya.html

0 komentar:

Posting Komentar