Ini adalah analisis tragedi tentang pahlawan super. Pernahkah kalian mencoba menganalisis kasus yang dialami Peter Parker di Spiderman 2? Kok bisa-bisanya, pahlawan sekaliber spiderman sampai berpikir untuk mundur dari tugasnya sebagai pembasmi kejahatan? Faktor apa yang menyebabkan dirinya menjadi –yang dalam istilah para da’i dikenal sebagai futur? Berikut kami coba paparkan analisisnya dan dibandingkan dengan kondisi real para dai.
1. Tuntutan medan perjuangan yang semakin berat.
Ini alamiah, sebagai tuntutan skenario, semakin banyak episode yang dialami oleh superhero, maka musuh yang dihadapi harus semakin berat. Nah, dalam kasus superhero-superhero yang lain, hal ini tidak menjadikan mereka ‘futur’. Bahkan bila menengok contoh jagoan saiya di Dragon Ball, maka setiap mereka dalam kondisi yang hampir mencapai titik kematian, maka kemampuan mereka akan bertambah berlipat-lipat. Sehingga beratnya medan seharusnya tak menjadi alasan buat Peter Parker untuk mundur.
Para aktivis dakwah, sebagaimana para superhero juga tak sepantasnya mengeluh dengan kondisi medan tempur yang semakin berat. Ini adalah sesuatu yang natural dan sudah tuntutan sKenario. Tak pantas dipersoalkan.
Peter Parker seharusnya tak akan mengalami studi yang kacau, kerja yang amburadul, cinta yang gagal andai dia bisa memanajemen kehidupannya dengan baik. Sebagai catatan, tugas sebagai spiderman itu tidak bersifat terus menerus. Peter memakai kostum tidak melebihi 50% dari waktu hidupnya. Jika dia bisa memanajemen waktu dengan baik dan menentukan skala prioritas maka tentunya semuanya akan berjalan sukses. Dia seharusnya sempat-sempat saja belajar saat tidak ada panggilan. Peter Parker seharusnya juga memilih bentuk pekerjaan yang tidak terlalu mengikat dia. Peter harus berani memutuskan berhenti menjadi pengantar pizza. Pekerjaan sebagai pemilik perusahaan atau investor lebih baik baginya. Sedangkan masalah cinta, seharusnya sejak awal Peter mengkomunikasikan keadaannya kepada tunangannya. Tak perlu ada rahasia-rahasiaan, sehingga mereka bisa saling memahami kondisi masing-masing.
Sama halnya, kuliah yang nggak lulus-lulus, bisnis yang kacau, rumah tangga yang berantakan… para aktivis dakwah tak pantas menyalahkan dakwah. Tak ada masalah dengan dakwah. Masalahnya adalah kemampuan dalam memanajemen diri saja.
3. Spiderman tidak halaqah
Sehingga wajar, bila tidak ada yang mengontrol kinerja spiderman. Maka bila spiderman futur tidak ada musyrif atau murabbi yang bisa memberikan tausiyah kepadanya. Halaqah ibarat charge. Maka bila energI dari charge habis.. ya tentunya down.
Bagi aktivis dakwah, keberadaan halaqah adalah sesuatu yang teramat vital. Keberadaan musyrif atau murabbi sangat penting sebagai tempat bersandar dan berkeluh kesah. Medan juang terlalu berat. Maka perhalaqahan lah kunci sukses para aktivis dakwah bisa tetap bertahan dalam medan seberat apapun
4. Spiderman merasa cukup dengan kekuatannya yang itu-itu saja
Tidak ada usaha dari Peter untuk menambah jenis kekuatan. Tak ada yang salah sebenarnya bila Spiderman mengadopsi jenis kekuatan yang dimiliki oleh superhero yang lain. Jadi bisa saja Spiderman mempelajari teknik terbangnya Superman, sehingga dia tidak tergantung dengan jaring laba-labanya untuk bergerak dari satu gedung ke gedung lain. Dia juga bisa belajar jurus kamehameha nya Songoku, atau menggunakan robot-robot raksasa seperti yang dimiliki Power Rangers.
Begitu juga halnya para dai. Dia tak boleh merasa cukup ilmu. Para dai harus senantiasa mengupgrade dirinya dengan berbagai cara. Belajar bahasa arab, tafsir, sirah, hadits, retorika, analisa politik dan lain-lainnya.
5. Kualitas nafsiyyah Spiderman buruk.
Pernah melihat Peter shalat malam atau puasa senin kamis? Nah justru karena nafsiyyahnya yang buruk itulah spiderman jadi seperti tak memiliki energi dan mudah mencapai futur.
Dai yang futur berawal dari kualitas nafsiyyah yang buruk. Sesungguhnya kedekatan kita kepada Allah adalah penentu utama keberhasilan perjuangan kita. Sehebat apapun ikhtiar kita kalau Allah tidak mengizinkan ya mana mungkin hasilnya sesuai keinginan..
6. Spiderman tidak melakukan kaderisasi
Wajar kalau spiderman merasa kelelahan. Dia bekerja sendirian di tengah begitu banyaknya kasus kejahatan yang terjadi. Hal ini tentunya tidak akan terjadi seandainya Spiderman bekerja secara terorganisir dengan tim. Spiderman seharusnya membuka kursus ‘bagaimana menjadi spiderman’.
Spiderman juga akan mengalami masa tua, dan tentunya perlu kader regenerasi. Jadi spiderman harus segera mencari spiderboy. Spiderman tidak boleh sok, ingin hanya dia yang menjadi superhero. Dia harus rela berbagi dan melakukan kaderisasi. Ini untuk efektivitas dan kontinuitas perjuangan juga.
Aktivis dakwah tidak boleh seperti spiderman. Seorang dai tidak bisa bekerja sendiri. Dia mutlak memerlukan tim dalam aktivitas perjuangannya. Sehingga perjuangan tidak menjadi terlampau berat, dan ada tim yang siap menyokong kita untuk bangkit lagi ketika kondisi kita sedang futur.
7. Belum terjalinnya komunikasi yang baik antara superhero.
Ini sebenarnya adalah masalah klasik sejak dulu. Belum adanya kesatuan antara para superhero.
Mereka bergerak sendiri-sendiri. Sehingga ketika ada satu superhero yang sedang mengalami masalah, tidak ada yang membantu, minimal memikirkan bagaimana membantu menyelesaikan masalah. Apalagi ketika teknologi informasi sudah demikian maju seperti sekarang, seharusnya ini semakin mempermudah kinerja dari para superhero. Tapi kenyataannya mereka tetap tidak terkordinir. Superman tak mau tahu urusannya Batman, Power Rangers tak peduli dengan kesulitan Spiderman, Gatotkaca tak mengindahkan permasalahan-permasalahan yang dialami kura-kura ninja dan Ksatria Baja Hitam. Nah, seharusnya sudah saatnya para superhero untuk bersatu. Superhero senior seperti Flash Gordon, Gaban dan Gundam seharusnya bisa mempelopori kongres superhero untuk membentuk semacam Forum Komunikasi Superhero. Kepanitiannya bisa saja diserahkan kepada superhero junior yang masih fresh seperti Naruto, Avatar Aang dan Ben10.
Aktivis dakwah…. Cukuplah kata-kata terkenal dari imam Ali memuhasabahi mereka: “kebatilan yang terorganisir akan mengalahkan kebenaran yang tidak terorganisir”. Jadi dengan alasan apalagi, aktivis dakwah memilih untuk bekerja sendiri-sendiri?
Notes : http://www.facebook.com/note.php?note_id=110075275698645 or http://www.facebook.com/notes/seruan-global-global-call/analisis-tragedi-dibalik-futurnya-spiderman/110075275698645
0 komentar:
Posting Komentar