Khulafaur Rasyidin: Umar bin Khathab (634-644 M) Pemimpin yang Adil (3)


Selain tiga hal itu, masih ada beberapa pendapat Umar yang sejalan dengan Al-Qur’an. Ia pernah mengusulkan untuk membunuh tawanan Perang Badar dan tidak menerima tebusan dari mereka.

Lalu turunlah firman Allah SWT, “Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil.” (QS Al-Anfal: 67-68).

Umar juga pernah menyampaikan kepada Nabi agar tidak menshalati jenazah orang-orang munafik. Lalu turunlah firman Allah, “Janganlah kalian menshalati orang yang mati dari mereka selamanya, dan jangan kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya, sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.” (QS At-Taubah: 84).

Umar termasuk orang yang terhormat dari suku Quraisy, dan kepadanyalah diserahkan masalah kedutaan pada masa jahiliyah. Jika di antara orang-orang Quraisy terjadi masalah atau mereka bermasalah dengan suku lainnya, maka yang dikirim sebagai duta adalah Umar. Apa pun solusi yang ia berikan, baik menyebabkan jauhnya hubungan atau penyebab kebanggaan, mereka mengirimkannya untuk tugas-tugas tersebut.

Sejak merengkuh hidayah, Umar tak pernah

Khulafaur Rasyidin: Umar bin Khathab (634-644 M) Pemimpin yang Adil (2)


Sejak masuk Islam, Umarlah yang memprakarsai era keterbukaan dalam dakwah. Dialah yang menancapkan tonggak Al-Faruq (pembeda antara yang hak dan bathil). “Kami semua senantiasa mulia sejak Umar masuk Islam,” kenang Ibnu Mas’ud sebagaimana diriwayatkan Al-Bukhari.

Ibnu Mas’ud menambahkan, “Masuknya Umar dalam Islam adalah pembukaan. Hijrahnya adalah kemenangan, kekuasaannya adalah rahmat. Sungguh kami menyadari diri kami sebelumnya tidak mampu melaksanakan shalat di Ka’bah hingga Umar masuk Islam. Ketika masuk Islam, ia memerangi mereka dan membiarkan kami shalat.”

Shuhaib bin Sinan juga berkomentar, “Ketika Umar bin Al-Khathab masuk Islam, dakwah Islam muncul dan diserukan secara terang-terangan. Kami menjadi leluasa duduk melingkar dan berthawaf di Ka’bah. Kami juga tertolong dari siapa saja yang berlaku kasar kepada kami.”

Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Umar bin Al-Khathab meminta izin kepada Rasulullah, sementara itu dalam majelis beliau banyak sekali wanita-wanita Quraisy yang bicara kepada beliau dengan suara keras yang melebihi suara beliau. Ketika Umar bin Al-Khathab meminta izin masuk, maka mereka

Khulafaur Rasyidin: Umar bin Khathab (634-644 M) Pemimpin yang Adil (1)


Umar benar-benar tak kuasa menahan amarah. Tekadnya sudah bulat. Hari itu juga ia harus menghabisi Rasulullah Saw. Dengan pedang terhunus di tangan, putra pasangan Al-Khathab dan Hanthamah ini bergegas meninggalkan rumahnya.

Di tengah perjalanan ia berjumpa dengan Nuaim bin Abdullah, seorang teman yang memberitakan bahwa adik perempuannya sendiri, Fathimah binti Al-Khathab dan suaminya Said bin Zaid telah memeluk Islam. Kemarahan Umar semakin membuncah.

Dipenuhi dengan murka tak tertahan, Umar mengalihkan arah perjalanannya. Ia bersegera menuju rumah adiknya, Fathimah. Di depan pintu, ia menemukan Fathimah dan suaminya sedang membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, surah Thaha.

Masih dipenuhi kemarahan, Umar menghardik Fathimah dan memerintahkannya untuk meninggalkan Islam dan kembali kepada tuhan-tuhan nenek moyang meraka. Di puncak amarahnya, Umar sempat

Khulafaur Rasyidin: Abu Bakar Ash-Shiddiq (632-634 M) Sang Pembela Rasulullah


Abu Bakar termasuk pelopor kaum Muslimin pertama, As-Sabiqunal Awwalun, para pendahulu. Ia adalah orang yang memercayai Rasulullah di saat banyak orang menganggap beliau gila. Abu Bakar termasuk orang yang siap mengorbankan nyawanya, di saat banyak orang hendak membunuh Rasulullah.

Nama awal Abu Bakar adalah Abdullah bin Abu Quhafah. Dalam lembaran sejarah disebutkan nama ayahnya adalah Abu Quhafah. Ini pun bukan nama sebenarnya. Utsman bin Amir demikian nama lain dari Abu Quhafah. Abu Bakar lahir pada 573 Masehi, lebih muda sekitar tiga tahun dari Nabi Muhammad.

Sebelum masuk Islam, ia dipanggil dengan sebutan Abdul Ka’bah. Ada cerita menarik tentang nama ini. Ummul Khair, ibunda Abu Bakar sebelumnya beberapa kali melahirkan anak laki-laki. Namun setiap kali melahirkan anak laki-laki, setiap kali pula mereka meninggal. Sampai kemudian ia bernazar akan memberikan anak laki-lakinya yang hidup untuk mengabdi pad Ka’bah. Dan lahirlah Abu Bakar.

Setelah Abu Bakar lahir dan besar ia diberi nama lain; Atiq. Nama ini diambil dari nama lain Ka’bah, Baitul Atiq yang berarti rumah purba. Setelah masuk Islam, Rasulullah memanggilnya dengan sebutan Abdullah. Nama Abu Bakar sendiri konon berasal dari predikat pelopor dalam Islam. Bakar berarti dini atau awal.

Suatu hari Abu Bakar ingin berangkat berdagang ke wilayah Thaif bersama rekan bisnisnya, Hakim bin Hizam—keponakan Khadijah. Tiba-tiba sesorang datang menemuinya. Orang itu berkata kepada Hakim, “Bibimu Khadijah mengaku suaminya menjadi nabi sebagaimana Musa. Ia sungguh telah mengabaikan tuhan-tuhan.”

Selanjutnya Abu Bakar berpikir. Ia orang yang paling mengerti tentang Muhammad Saw. Sebelum sesuatu terjadi, ia harus menemui beliau untuk memastikan berita tersebut. Setelah itu barulah ia akan menentukan sikap.

Abu Bakar mendatangi Rasulullah Saw. Ia berusaha

Mendahsyatkan Pribadi Biasa menjadi Luar Biasa





PELATIHAN DAHSYAT !!!

membentuk pribadi sukses remaja muslim

"MENDAHSYATKAN PRIBADI BIASA MENJADI LUAR BIASA"

bersama motivator dan penulis buku Best Seller 'ZERO to HERO'
SOLIKHIN ABU IZZUDIN

Hari / tanggal : AHAD, 24 APRIL 2011
Waktu : Pukul 08.00 - 12.00 WIB
Tempat : MASJID BAITUL HIKMAH
kantor Kementrian Agama Prov Jateng
Jl. Sisingamangaraja No. 5 Semarang

TIKET MENJADI ORANG SUKSES HANYA* : Rp. 5.000,-
ada pula DOORPRIZE menanti anda

* Tempat terbatas, segera daftar..

> Informasi & Tiket :
- Dwi 085 727 830 097
- Dewi 085 226 121 775
- Muchlish 085 225 156 111
- Farid 024 912 444 84


Dipersembahkan oleh FRISCA ( Forum Remaja Islam Candisari )

Apa yang Kita Sombongkan?


Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan. Dia melihat Sang Guru sedang sibuk bekerja; ia mengangkuti air dengan ember dan menyikat lantai rumahnya keras-keras. Keringatnya bercucuran deras. Menyaksikan keganjilan ini orang itu bertanya, "Apa yang sedang Anda lakukan?"

Sang Guru menjawab, "Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat. Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka. Mereka pun tampak puas sekali. Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya merasa menjadi orang yang hebat. Kesombongan saya mulai bermunculan. Karena itu, saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya."

 
Sahabat, mari kita merenung sejenak,

ada beberapa tingkat kesombongan yang harus kita waspadai supaya tidak menjadi bumerang dalam hidup kita.

Tingkat paling rendah : Sombong karena factor materi
Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih- benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari. Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.

Tingkat kedua :

Jadilah Seperti Pensil


Dalam proses menulis, kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil. rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali...

Seorang cucu bertanya kepada Neneknya yang sedang menulis surat, “Nenek lagi menulis surat tentang pengalaman kita? atau pengalaman aku?”.

Si Nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, “Sekarang nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang Nenek pakai”.

“Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si Nenek lagi. Mendengar jawab ini si Cucu lalu melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si Nenek ketika dia melihat tidak ada istimewanya dari pensil yang Nenek pakai.

“Tapi Nek, kayaknya pensil itu sama saja dengan pensil lainnya”, kata si Cucu. Si Nenek kemudian menjawab, “Itu semua tergantung dari